Kamis, 10 Desember 2009

CAFETERIA FEEDING

1.1 Latar Belakang
Ilmu nutrisi menurut Scott (1976) adalah prose untuk melengkapi sel-sel dalam tubuh hewan dengan bagian yang berasal dari luar yang telah merupakan persenyawaan-persenyawaan kimia yang diperlukan untuk fungsi optimum dari banyk reaksi-reaksi mkimia dalam proses metabolism, termasuk proses-proses pertumbuhan, hidup pokok, kerja produksi, dan reproduksi.
Banyak penelitian yang dilakukan untuk menentukan kebutuhan zat-zat makanan danmetabolisme dari berbagai macam bahan makanan. Hasil percobaan tersebut manyak didapat informasi-informasi mengenai ilmu nutria unggas sehingga dapat diketahui formulasi ransum. Konversi makanan yang mempunyai derajat tinggi untuk memproduksi daging dan telur hanya bisa didapat dengan bahan makanan yang bergizi tinggi dan dengan harga murah.
Ternak unggas akan berusaha memenuhi kebutuhan tubuhnya akan energi, protein, mineral dan vitamin dari makanannya. Apabila disediakan bahan-bahan makanan secara terpisah (cafetaria), maka unggas akan memakan bahan makanan tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Bentuk bahan makanan ( tepung/mash atau berbutir/crumble ) juga mempengaruhi jumlah bahan yang akan dimakan.
Jumlah makanan yang dikonsumsi oleh unggas dipengaruhi oleh palatabilitas, sehingga kita perlu tau seberapa besar daya palatabilitas pada ternak unggas. Dengan mengetahui jumlah pakan yang dibutuhkan maka kita mampu memformulasi ransum secara efisien.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui apa yang mempengaruhi palatabilitas pada ternak unggas dengan cara pemberian pakan secara terpisah ( cafetasia). Sehingga kita mengetahui jumlah kebutuhan makan pada ternak unggas.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan dari makalah ini adalah:
1. Apa yang mempengaruhi palatabilitas terhadap konsumsi pakan pada ternak?
2. Berapa biaya yang dikelurkan untuk pakan ternak selama satu minggu?


TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam Broiler
Ayam broiler adalah galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, masa panen pendek dan menghasilkan daging berserat lunak, timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Norh and Bell, 1990). Menurut Rasyaf (1999) ayam broiler merupakan ayam pedaging yang mengalami pertumbuhan pesat pada umur 1-5 minggu. Selanjutnya dijelaskan bahwa ayam broiler yang berumur 6 minggu sudah sama besarnya dengan ayam kampong dewasa yang dipelihara 8 bulan. Keunggulan ayam broiler tersebut didukung oleh faktor genetic dan keadaan lingkungan yang meliputi makanan, temperature lingkungan, dan pemeliharaan lingkungan. Pada umumnya di Indonesia ayam broiler sudah dipasarkan pada umur 5-6 minggu dengan berat 1,3-1,6 kg walaupun pertumbuhannya belum maksimum, karena ayam broiler yang sudah berat sulit dijual (Rasyaf, 1999).

Menurut Mounthney (1983) ayam broiler yang baik adalah ayam yang cepat tumbuh dengan warna bulu putih, tidak terdapat warna-warna gelap pada karkasnya, memiliki konfirmasi dan ukuran tubuh yang seragam. Ayam broiler akan tumbuh optimal pada temperature lingkungan 19-21˚C (Soeharsono, 1976).

2.2 Konsumsi Ransum
Konsumsi adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh hewan yang dibrikan secara ad libitum (Parakkasi, 1999). Menurut Maynard dan Loosly (1962). Ri Tujuan ternak mengkonsumsi ransum adalah untuk hidup, bertumbuh dan berproduksi.
Palatabilitas adalah salah satu faktor yang menentukan tingkat konsumsi ransum pada ternak. Menurut Church (1979) palatabilitas dipengaruhi oleh bentuk, bau, rasa, tekstur, dan suhu makanan yang diberikan. Unggas menkonsumsi ransum kira-kira setara dengan 5% dari bobot badan(wiradisastra, 1986). Menurut wahyu(1997) konsumsi ransum ayam jantan lebih besar daripada ayam betina. NRC(1994) menyebutkan bahwa rataan konsumsi ransum ayam broiler yang dipelihara selama 4 minggu adalah 1616gram untuk jantan dan 1490gram untuk betina.
2.3 Konsumsi Air
Air merupakan senyawa penting dalam kehidupan. Dua pertiga bagian tubuh hewan adalah air dengan berbagai peranan untuk kehidupan (Parakkasi, 1999). Menurut Scott et al. (1982), air mempunyai fungsi sebagai berikut; 1. Zat dasar dari darah, cairan interseluler dan intraseluler yang bekerja aktif dalam transformasi zat-zat makanan, 2. Penting dalam mengatur suhu tubuh karena air mempunyai sifat menguap dan specific heat, 3. Membantu mempertahankan homeostatis dengan ikut dalam reaksi dan perubahan fisiologis yang mengontrol pH, tekanan osmosis, konsentrasi elektrolit.
Pada ayam broiler konsumsi air minum erat hubungannya dengan bobot badan dan konsumsi ransum.Menurut Ensminger et al (1990) pada umumnya ayam mengkonsumsi air minum dua kali dari bobot pakan dari yang dikonsumsi. Konsumsi air minum juga akan meningkatkan pada saat temperature lingkungan tinggi ( May and Lott, 1992 ). Menurut NRC (1994) konsumsi air minum bertambah sekitar 7% setiap peningkatan suhu 1˚C diatas suhu 21˚C.
2.4 Pertumbuhan
Salah satu hal penting dalam menentukan produksi ternak adalah dengan mengetahui pertumbuhannya. Pertumbuhan adalah suatu proses yang sangat kompleks meliputi pertambahan bobot hidup dan pertumbuhan secara merata dan serentak (Maynard et al., 1979). Pertambahan bobot dan diperoleh melalui pengukuran kenaikan bobot badan dengan melakukan perhitungan berulang-ulang dalam waktu tiap hari, tiap minggu, atau tiap bulan (Tillman et al., 1991).
Pada umumnya semua ternak unggas, khususnya ayam broiler termasuk golongan yang memiliki pertumbuhan cepat. Scott et al. (1982) berpendapat bahwa pertumbuhan ayam pedaging sangat cepat dimulai sejak menetas sampai umur 8 minggu, setelah itu kecepatan akan mulai menurun karena konsumsi ransumnya menurun.
Pertumbuhan sangat erat hubungannya dengan konsumsi, dan diperkirakan ransum dari ayam (Daghir, 1998).
2.5 Mortalitas
mortalitas atau angka kematian yaitu angka yang menunjukkan jumlah ayam yang mati selama pemeliharaan. Mortalitas merupakan faktor penting dan harus diperhatikan dalam suatu usaha pengembangan peternakan ayam. Menurut Togatorop et al. (1981) tingkat kematian ayam ditentukan oleh kondisi anak ayam pada saat penetasan sampai pemeliharaan anak ayam.
Tingkat mortalitas dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya bobot badan, bangsa, tipe ayam, iklim, kebersihan lingkungan, sanitasi peralatan dan kandang, penyakit (North, 1984), serta suhu lingkungan (Sugiarti, 1981).
Usaha-usaha dan pemberantasan penyakit yang dilaksanakan secara teratur pada suatu peternakan ayam akan menguntungkan peternak, karena dapat mengurangi tingkat kematian. Menurut Clayton (1967) tingkat kematian sebesar 5% tidak terlalu mempengaruhi biaya produksi, tetapi untuk kematian sebesar 20-30% pengaruhnya besar sekali terhadap biaya produksi. Selanjutnya salah satu untuk menekan angka kematian adalah dengan memilih bibit ayam yang bermutu baik.
2.6 Kandang
Bell dan Weaver (20002) menyatakan bahwa kandang berperan sangat pentingdalam menciptakan kondisi iklim mikro yang diinginkan agar proses-proses fisiologis dapat berjalan sempurna. Peran tersebut diantaranya: (1) menciptakan suasana tetap segar pada musim panas, (2) menciptakan suasana tetap hangat pada keadaan musim dingi, (3) menurunkan kelembapan yang terlalu tinggi, (4) menurunkan kandungan ammonia yang terlalu tinggi, dan (5) memberikan alitan udara yang baik melalui dinding kandang.

2.7 Kepadatan kandang
Bell dan Weaver (2002) menyatakan bahwa meningkatnya kepadatan kandang akan menyebabkan berkurangnya konsumsi ransom, menurunnya pertumbuhan, menurunkan efisiensi makanan, meningkatkan mortalitas dan meningkatkan kanibalisme. Kepadatan kandang yang tinggi sangat diutamakan untuk mendapatkan keuntungan maksimal dari luas lantai yang digunakan, disamping membatasi pergerakan ayam yang dapat menghamburkan energi.
Hasil penelitian kususiyah (1992) menyatakan bahwa konsumis ransom, pertambahan bobot badan, serta bobot badan akhir dipengaruhi oleh kepadatan kandang. Pada kepadatan kandang 10 ekor/m2 memilikitingkat konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan bobot badan akhir lebih tinggi dibandingkan dengan kepadatan kandang 13 ekor/m2 dan kepadatan kandang 16 ekor/m2. menurutnya hal ini disebabkan oleh kondisi kandang tidak nyaman karena kandang yang semakin padat menyebabkan suhu dan kelembapan kandang yang semakin meningkat.


















HASIL dan PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Cafeteria feeding merupakan salah satu metode untuk mengetahui ayam apabila disediakan bahan-bahan makanan secara terpisah (cafeteria), maka ayam akan memakan bahan makanan tersebut sesuai kebutuhan. Cafeteria feeding dilakukan dilakukan laboratorium unggas fakustas Peternakan. Hasil pengamatan dapat dilihat pada table

0 komentar:

Posting Komentar